Sabtu, 15 September 2012

Misteri UFO Tiga Warna di Inggris Terpecahkan

Pada 23 Agustus lalu, sebuah pemandangan aneh membuat bingung para penduduk di daerah Leicestershire, Inggris. Puluhan orang dilaporkan melihat cahaya misterius melayang di langit senja, di atas padang terbuka.

Cahaya yang melayang tersebut, yang terdiri setidaknya tiga warna, tampak tidak bergerak. Cahaya tersebut terlalu kecil jika dibandingkan dengan cahaya yang berasal dari pesawat terbang atau helikopter.



Sekelompok peneliti lokal dari Leicestershire UFO Research Society segera dikerahkan ke lokasi kejadian. Mereka melaporkan bahwa, "Beberapa saksi di tempat kejadian, melaporkan bahwa mereka melihat benda terbang aneh melayang di atas wilayah Barwell dan Burbage Common. Objek tersebut dikatakan memiliki cahaya berwarna biru, merah dan putih serta terlihat aneh."

Pegiat UFO setempat ramai berspekulasi, namun setelah penelitian selama satu pekan, kelompok itu menyimpulkan bahwa UFO tersebut  "sebenarnya model quadcopter (helikopter mainan dengan empat rotor) yang bercahaya  dan diterbangkan pada sore hari di taman setempat, oleh para penggemar pesawat remote control," seperti yang ditulis dalam situs mereka.

Graham Hall, juru bicara kelompok itu, seperti yang dikutip oleh media Thisisleicestershire.com menyimpulkan, "Kami memastikan bahwa objek yang menyebabkan semua kehebohan tersebut, adalah quadcopter model besar. Mereka relatif masih baru namun pada dasarnya itu adalah model helikopter dengan empat rotor kecil yang berbentuk salib... Model helikopter itu memiliki lampu yang terang dan dapat terlihat sangat aneh saat terbang dan berputar-putar di langit malam."
Ini bukan kali pertama pesawat tanpa awak kecil disalahartikan sebagai pesawat ruang angkasa dari luar bumi.

Hampir setahun yang lalu di Moskow, pesawat yang tidak dikenal terlihat terbang tinggi di atas sekelompok demonstran yang sedang melakukan aksi protes. Penampakan UFO itu tertangkap kamera, dan menyebabkan beberapa demonstran bertanya-tanya apakah alien sedang mengamati mereka.

Foto pesawat aneh itu beredar di internet yang menunjukkan tubuh pesawat yang gelap dengan dua segmen utama yang menyerupai angka 8, dengan lampu merah dan putih.

"UFO di Moskow" itu akhirnya diidentifikasi sebagai kamera sebuah pesawat tanpa awak yang diluncurkan oleh kantor berita Rusia, Ridus. Bukti dari identitas UFO tersebut disajikan di surat kabar tersebut di seluruh negeri dalam bentuk foto yang diambil oleh kamera pesawat tersebut yang terbang tinggi di atas demonstran itu.

Karena pesawat udara tanpa awak dan quadcopter kini menjadi sesuatu yang umum dan lebih murah bagi para penggemar menerbangkannya di daerah perkotaan, bisa dipastikan bahwa banyak dari benda-benda terbang itu akan mengakibatkan laporan UFO yang salah (baik tidak disengaja ataupun direncanakan) dalam tahun-tahun mendatang.

Rumah Kenangan Jenderal AH Nasution

Derap sepatu tentara pada 1 Oktober 1965 dini hari membangunkan Johana Nasution dari tidurnya. Bangkit dari ranjang, ia lalu mengintip dari balik pintu kamar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. “Cakrabirawa,” Johana berbisik kepada AH Nasution, suaminya.

Penggalan film “Pengkhianatan G 30S/PKI” di atas menceritakan penculikan para jenderal yang terjadi di akhir Orde Lama. Anda bisa mengenang peristiwa dramatis di Museum Jenderal AH Nasution yang berlokasi di Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Cerita yang Anda dapatkan di museum ini jauh lebih detail dari gambaran di film.
 
Tampak muka Museum Jenderal AH Nasution.

Museum ini dahulu adalah tempat tinggal Jenderal AH Nasution sejak beliau dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1949, hingga wafat pada 6 September 2000. Pada tahun 2008, museum ini diresmikan.

Bangunan museum ini tampak kalah megah dengan rumah-rumah mewah di sekitarnya. Namun patung Jenderal AH Nasution yang berdiri kokoh di depan museum, menjadikannya berbeda.

Ruang pamer di Museum AH Nasution tidak terlalu luas, namun cukup lengkap menampilkan sejarah hidup serta memorabilia jenderal itu. Menariknya lagi, kisah dramatis usaha penculikan Jenderal AH Nasution ditampilkan dalam diorama yang sangat hidup — semua disuguhkan persis kejadian sesungguhnya.

Di dalam museum ada patung dada Jenderal AH Nasution yang tepat dipasang di depan pintu masuk. Di ruang bagian depan dipasang beberapa koleksi pribadi seperti miniatur tank, piagam penghargaan, mebel antik, serta sebuah gading gajah kenang-kenangan dari Brigade Garuda III.
 
Meja kerja.

Bagian berikutnya adalah sebuah kamar yang dulu berfungsi sebagai ruang kerja AH Nasution. Di kamar ini dipamerkan 70 buah buku karyanya yang tersusun dalam lemari kayu. Agar suasana hidup, ditampilkan pula meja kerja lengkap dengan patungnya dalam posisi sedang menulis.
 
Potret AH Nasution beserta istri.

Melangkah ke bagian dalam, Anda akan melihat sebuah kamar yang disebut Ruang Kuning. Ini tempat AH Nasution menerima tamu-tamu penting. Disebut Ruang Kuning karena kamar ini didominasi oleh warga kuning. Sofa, karpet, gorden, serta beberapa perabot lainnya semuanya berwarna kuning. (Namun sofa yang dipajang di sini hanya replikanya saja.)
 
Ruang kuning.

Bagian berikutnya, membuat merinding. Inilah kamar tidur AH Nasution dan Johana. Adegan dramatis terjadi di kamar ini. Masih terlihat bekas tembakan yang merusak pintu serta dinding kamar. Semuanya asli. Begitulah, aksi tentara Cakrabirawa yang berusaha menculik Jenderal AH Nasution ternyata cukup brutal.

Di ruang makan, ada diorama Johana ditodong senjata api oleh Cakrabirawa. Pajangan lainnya yang bisa membuat pengunjung tersentuh adalah baju yang dipakai Ade Irma Suryani Nasution ketika ditembak oleh tentara Cakrabirawa.
Pasukan Cakrabirawa berusaha mendobrak kamar AH Nasution.

Foto Ade Irma bersama Kapten Pierre Tendean (yang mengaku AH Nasution untuk melindungi komandannya) sungguh membuat terharu. Foto itu diambil hanya satu minggu sebelum mereka meninggal.
 
AH Nasution yang berusaha kabur dari usaha penculikan.

Museum ini tidak memungut biaya kepada pengunjung — hanya ada kotak sumbangan. Dengan begitu banyaknya informasi sejarah yang bisa didapat, agak mengherankan museum ini hanya dikunjungi 50 orang setiap pekan.

Museum Jenderal AH Nasution
Jalan Teuku Umar 40, Menteng, Jakarta Pusat
Telp.: (021) 314 1975, Faks.: (021) 3192 5084
Jam buka: Selasa-Minggu, pukul 08.00-14.00 WIB
Tiket masuk: gratis

Riwayat Satu Abad Katedral Jakarta

Gereja Katedral Jakarta yang berdiri kokoh di sebelah utara Lapangan Banteng ternyata menyimpan banyak cerita menarik. Bangunan dengan arsitektur neo-Gotik — yang terletak berseberangan dengan Masjid Istiqlal ini merupakan salah satu gedung cagar budaya paling menawan di Jakarta.

Gereja Katedral Jakarta memiliki sebuah museum yang bisa dikunjungi semua kalangan. Setelah membaca sebuah berita yang menyatakan Museum Katedral Jakarta dinobatkan sebagai museum terbaik di Jakarta untuk kategori pelestarian cagar budaya, saya langsung berkunjung ke museum itu.

Museum Katedral Jakarta berada di balkon ruang utama gereja yang biasa digunakan untuk misa. Lantai balkon itu dahulu digunakan untuk koor gereja, namun kini dimanfaatkan untuk memajang koleksi museum. Dari lantai balkon ini bisa disaksikan ruang utama Katedral Jakarta yang digunakan untuk beribadah.
Tempat misa dilihat dari atas.
 
Gereja Katedral Jakarta sendiri mulai didirikan pada 1891 untuk mengganti gereja lama yang runtuh pada 9 April 1890 (hanya beberapa hari menjelang perayaan Paskah). Pembangunannya menemui banyak sekali kendala, bahkan sempat terhenti karena kekurangan dana. Pembangunan Katedral Jakarta baru selesai 10 tahun kemudian, yakni pada 1901.

Riwayat Katedral Jakarta yang panjang itu terangkum rapi dalam koleksi museum. Saat ini ada sekitar 400 koleksi yang dipamerkan, semuanya barang-barang milik pastoran Katedral Jakarta dan ada juga koleksi hasil sumbangan dari pihak tertentu.
Anda juga dapat melihat koleksi barang-barang milik pastoran Katedral di ruangan ini.
 
Ibu Lusi, salah seorang pengurus Museum Katedral Jakarta, berbaik hati mengantar saya berkeliling museum. Di antara ratusan koleksi museum, perhatian saya langsung tertuju pada pakaian rohaniwan Katolik yang tersimpan dalam beberapa kotak kaca. Dalam kotak kaca itu tersimpan jubah, topi dan kasula berbagai warna.
Deretan pakaian rohaniwan Katolik di dalam Gereja Katedral.
 
Kasula adalah lapisan terluar busana yang dikenakan rohaniwan Katolik. Warna kasula yang dikenakan seorang pastor memiliki makna tertentu. Kasula berwarna putih biasanya dipakai untuk ibadah sehari-hari, sedangkan ungu dan merah digunakan untuk acara duka cita seperti misa tutup peti dan paskah, lanjutnya lagi.

Koleksi lainnya yang cukup menarik adalah tongkat Paus Paulus VI dan piala Paus Yohanes Paulus II yang sengaja ditinggal untuk kenang-kenangan saat mereka berkunjung ke Indonesia. Ada juga lukisan bergambar gereja karya Kusni Kasdut yang terbuat dari pelepah pisang (Kusni Kasdut adalah seorang penjahat kelas kakap yang dihukum mati pada 1980.).

Saya juga sangat tertarik dengan koleksi relikui yang dipajang dalam kotak kecil dari kaca. Relikui adalah benda-benda peninggalan atau sisa-sisa tubuh orang kudus yang sudah meninggal, misalnya potongan pakaian, rambut dan serpihan tulang. Benda-benda ini ditaruh dalam wadah kecil berbentuk bundar dan biasanya ditempatkan dalam altar.

Barang-barang lain yang turut dipamerkan antara lain mebel antik, alat musik, patung, jam bandul, buku doa, foto-foto tua, serta perlengkapan yang biasa digunakan umat Katolik untuk beribadah. Pendek kata, koleksi museum ini sangat lengkap dalam menjelaskan tradisi Katolik.

Dari balkon, saya beranjak ke lantai pertama yang merupakan ruangan tempat beribadah. Ruang utama Gereja Katedral Jakarta ini agak gelap, kecuali bagian altarnya. Ini merupakan simbolisasi bahwa bagian terpenting dari sebuah gereja adalah altarnya. Dinding ruang utama gereja ini dihiasi lukisan dari potongan keramik yang menggambarkan kehidupan Yesus.

Langit-langit Gereja Katedral Jakarta terbuat dari kayu jati supaya tidak mudah roboh saat terjadi gempa bumi. Menaranya juga hanya terbuat dari rangka besi, bukan beton seperti umumnya gereja di Eropa.
Menara-menara khas Gereja Katedral.
 
Gereja Katedral Jakarta memiliki dua menara utama yang disebut Menara Daud dan Menara Gading. Sekilas bentuk kedua menara itu terlihat sama, namun kalau diperhatikan lebih seksama ternyata berbeda. Menara Gading diapit oleh empat menara kecil berbentuk lancip, sedangkan Menara Daud berbentuk seperti benteng yang melambangkan Benteng Daud. Menara lainnya yang lebih kecil disebut Angelus Dei, letaknya di belakang dua menara utama.

Kalau Anda tertarik dengan sejarah Katedral Jakarta serta ingin mengenal lebih dekat tradisi Katolik, silahkan berkunjung ke Museum Katedral Jakarta. Sayangnya, museum ini tidak buka pada akhir pekan.

Museum Katedral Jakarta
Jl. Katedral 7B, Jakarta Pusat
Telp.: (021) 3519 186, Faks.: (021) 3509 952
Jam buka: Senin, Rabu, Jumat, pukul 10.00-12.00 WIB
Tiket masuk: gratis
Pengunjung harus berbusana rapi dan sopan

High Line, Taman Gantung Kota New York

High Line merupakan taman kota yang merupakan atraksi relatif baru untuk kota New York, Amerika Serikat. Berbeda dengan taman biasa, taman ini letaknya tidak di tanah, tetapi di atas (elevated).

Taman kota ini mengambil tempat bekas rel kereta layang yang dulu digunakan New York Central Railroad (West Side Line).
Bersantai di High Line.

Rel layang ini mulai dibangun setelah sebelumnya rel berada di atas tanah, namun menyebabkan kemacetan dan serangkaian kecelakaan. Tahun 1934, ia pertama kali beroperasi, hampir lima puluh tahun sampai 1980. Pertumbuhan transportasi rel di Amerika Serikat lesu ketika ledakan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 1950-an, yang menyebabkan jasa kereta api di High Line tak sepadat sebelumnya.
Bekas rel masih terlihat di sini.
 
Tahun 1980-an sampai 1990-an akhir, banyak wacana untuk meruntuhkan rel layang ini karena dianggap mengganggu penghuni sekitar dan tak berguna. Rel pun ditumbuhi ilalang dan tak sedap dipandang. Ada pula kalangan yang lalu menginginkan jasa kereta api disambung kembali, namun lebih banyak yang menentang.

Akhir tahun 1999, sebuah organisasi nirlaba bernama "Friends of the High Line" dibentuk oleh Joshua David dan Robert Hammond, dan bertujuan menyelamatkan High Line dari penggusuran dan mengubahnya menjadi sebuah taman gantung.

Dukungan publik digalang dan usaha ini sukses, ditandai dengan investasi signifikan dari pemerintah kota New York.

Saat ini, panjang taman ini adalah 1,6 kilometer, dari total 2,3 kilometer panjang rel asli. Ia dibangun dalam beberapa tahap, dimulai dari selatan. Saat ini setiap segmennya memiliki atraksi dan desain yang berbeda, walau satu tema.
Bangku-bangku panjang, tempat Anda bersantai di High Line.
 
Di sela-selanya terdapat panggung kecil untuk menikmati musik jalanan berlatarbelakang hiruk-pikuk jalanan, di segmen lain ada fitur air yang menarik. Di segmen lain pula rel layang ini akan memotong bangunan dan kita berada di bawah bangunan tersebut. Namun, desainer taman ini tetap menyisakan ilalang atau tanaman-tanaman liar yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi aksen yang melengkapi kecenderungan desain industrialis.
Tanaman liar di kawasan High Line.
 
Jangan khawatir lelah, karena di sepanjang jalan banyak terdapat tempat duduk yang disusun menghadap ke dalam maupun ke luar, melihat jalanan.

Kegiatan apa yang cocok di sini? Banyak sekali. Selain menikmati jalan-jalan pagi atau sore, Anda bisa mendengarkan pertunjukan musik live, berolahraga atau jogging, duduk santai, jalan sambil makan, bermain dengan anak, melukis atau menggambar, memuaskan hobi fotografi dan masih banyak lagi.

Namun, yang paling penting, Anda dapat menjadi manusia di tengah ringkih dan kakunya hutan beton kota New York.

Pasar Trajan: Permata yang Diabaikan di Jantung Kota Roma

Di sebuah jalan yang padat, tempat para wisatawan berjalan-jalan di jantung kota Roma kuno, terdapat sebuah pintu masuk ke salah satu monumen Kota Abadi yang paling luar biasa dan diabaikan: Pasar Trajan.

Dibangun pada abad kedua sebagai sebuah rangkaian kantor berkubah, kompleks arsitektur tersebut berfungsi sebagai benteng, biara dan barak selama berabad-abad.

 
Ini dia salah satu pusat administrasi tertua di dunia, Pasar Trajan.


Berlokasi di lereng bukit yang menghadap ke Forum Romawi, monumen yang sudah berusia hampir 2.000 tahun tersebut menawarkan pemandangan spektakuler dari Koloseum.

Situs itu sering disebut sebagai "pusat perbelanjaan tertua di dunia," namun julukan tersebut adalah sesuatu yang keliru karena tempat itu tidak pernah menjadi pasar utama bagi Kekaisaran Roma, ujar direktur situs, Lucrezia Ungaro, kepada AFP.

"Tempat itu seperti sebuah pusat administrasi besar untuk mengelola Forum Trajan yang terletak tepat di sampingnya. Anda harus membayangkan kantor-kantor, ruang rapat yang ramai oleh pegawai negeri," ujarnya.

Monumen itu terdapat dalam kawasan seluas ribuan meter persegi dan dibagi menjadi enam lantai dengan puluhan lengkungan. Tiga jalur untuk pejalan kaki melewati tempat tersebut, antara lain Via Biberatica kuno, yang diaspal dengan blok basal yang besar dan kuat.

Kaisar Trajan berkuasa antara abad 53 hingga 117 dan terkenal lewat bangunan publiknya yang luas, serta penaklukan yang memperluas kekaisaran tersebut.

Pilar Trajan di sebelah pasar merupakan simbol untuk memperingati kemenangannya dalam Perang Dacia ketika Roma mengambil alih kekuasaan di daerah yang luas antara Laut Hitam dan Laut Adriatik.

Aula Besar (Great Hall) yang megah memiliki pemandangan yang paling spektakuler namun wisatawan yang lelah juga dapat menemukan tempat untuk bersantai di Taman Milisi, sebuah surga di tengah lalu lintas padat di Roma untuk melihat Menara Milisi yang dibangun pada abad pertengahan.

Menara berbata merah — tertinggi di Roma — ini dibangun antara abad ke-12 dan ke-13 oleh keluarga bangsawan yang mengubah situs tersebut menjadi sebuah benteng.

Pada abad ke-16, kawasan itu kembali diambil alih oleh sekelompok biarawati Dominika yang mengubahnya menjadi sebuah biara yang bertahan selama tiga abad.

Setelah penyatuan Italia dan pengambilalihan banyak bangunan Gereja Katolik pada abad 19, tempat tersebut berubah menjadi sebuah barak militer.

Penggalian arkeologi pada abad 20 mengembalikan monumen tersebut menjadi mirip dengan keadaan semula dengan menghilangkan penambahan yang dibuat selama berabad-abad.

Aula Besar kini terbuka untuk umum dan menjadi tempat pameran sementara serta kegiatan kebudayaan dan konser namun masih jarang diminati oleh para wisatawan.

"Orang rata-rata liburan di Roma selama tiga hari, dan wisatawan cenderung berkonsentrasi pada monumen yang paling terkenal," kata Ungaro, seraya menambahkan "Mungkin mengunjungi sebuah monumen juga merupakan sebuah pilihan hemat."

Biaya masuk untuk Pasar Trajan adalah 11 euro (sekitar Rp129 ribu), sedangkan tiket seharga 12 euro (sekitar Rp 141 ribu) berlaku bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Koloseum, Forum Romawi dan Bukit Palatine.

Ada sebuah rencana yang sudah lama diperdebatkan untuk memperluas pemandangan Pasar Trajan, misalnya dengan membuka pintu masuk langsung dari Forum Romawi di bawah monumen, daerah yang menarik ribuan wisatawan setiap hari.

Namun rencana tersebut menemui kendala pendanaan dalam situasi perekonomian yang sedang sulit sekarang karena anggaran budaya negara tersebut telah dipotong guna menghadapi krisis utang.

Tampaknya Pasar Trajan, setidaknya untuk saat ini, akan tetap menjadi tempat di mana pengunjung dapat bersantai menikmati sejarah kuno dalam surga yang tenang.

Melestarikan Warisan Terakhir Zaman Kolonial di Asia

Tidak ada tempat lagi di Asia selain di sini yang menyuguhkan pemandangan kota dengan ratusan bangunan megah dan juga sederhana tapi unik dari zaman kolonial, yang tetap teguh berdiri selama lebih dari seabad.

 
Komplek kementerian di Yangon, Myanmar. 

Yangon, kota terbesar dan bekas ibu kota Myanmar, telah banyak berubah karena dampak modernisasi yang menghilangkan warisan lama, seperti yang terjadi di banyak kota metropolis Asia lainnya. Sebelumnya disebut Rangoon, Yangon digambarkan sebagai "kota dengan bermacam era."

Sekarang, setelah Myanmar membuka pintunya lebar-lebar kepada dunia dan membludaknya wisatawan yang datang, sebuah usaha keras dicanangkan untuk melestarikan bangunan kuno dan suasana yang memesona di Yangon dari dampak pembangunan moderen.

"Kami memiliki banyak warisan budaya di Yangon tetapi kami harus bertindak cepat atau itu semua akan hilang selamanya," kata Zin Nwe Myint, seorang ahli masalah perkotaan, di sebuah konferensi dari konservasionis lokal dan asing.

Warisan budaya tersebut tampak jelas ketika para peserta konferensi memasuki tempat acara, di The Strand, sebuah hotel legendaris yang dibangun pada tahun 1901 di dekat sungai dan dermaga.

Dari sana, hanya butuh berjalan kurang dari sejam, pengunjung bisa menikmati bermacam bangunan bergaya era kolonial Inggris: Victorian, Queen Anne, Neoclassical, Art Deco dan perpaduan dari budaya Inggris dan Burma. Kebanyakan bangunan tersebut ditempatkan berpola papan catur dengan pagoda Sule berada di tengah-tengah, menjulang tinggi dengan indah.

Sarah Rooney, penulis dari “30 Heritage Buildings of Yangon” (30 bangunan warisan budaya di Yangon), berkata bahwa favoritnya adalah gedung Pegu Club dan Lokanat Gallery Building.

Klub tersebut, yang dibangun dari kayu jati, tampak sedikit terlantar, tetapi itu membuatnya semakin menggugah dan berkesan, kata Sarah, lebih dari bangunan warisan budaya lainnya di Asia yang telah mengalami banyak renovasi. Dulunya, tempat itu merupakan tempat minum paling eksklusif, dan sering dikunjungi oleh orang seperti Rudyard Kipling, yang katanya menulis puisi “The Road to Mandalay” setelah pulang minum dari tempat tersebut.

Gedung Lokanat adalah "simbol dari kosmopolitanisme Yangon," kata Rooney. Dibangun pada tahun 1906 oleh seorang pedagang Yahudi dari Baghdad, gedung itu merupakan gedung bisnis paling bergengsi di kota itu, yang menyajikan pemotong rambut asal Filipina. Juga pedagang asal Yunani yang memasok cerutu dari Mesir, bir Jerman, dan gula-gula dari Inggris.

Thant Myint-U, seorang sejarawan Barat, mencatat bahwa dalam radius satu mil dari The Strand berdiri gereja Katolik Roma, Protestan dan Armenia, mesjid Syiah dan Sunni, kuil Jain, kuil Hindu dan sebuah sinagog, yang dulunya adalah pusat komunitas Yahudi terbesar di Asia.

Tertarik dengan sumber daya alam melimpah dari daerah itu, seperti kayu jati, minyak dan beras, para pencari keuntungan dan para buruh merangsek masuk dari seluruh dunia, merubah Yangon menjadi sebuah kota internasional. Pada tahun 1920an, kota itu dimasuki imigran lebih besar daripada New York.

Lalu datanglah Perang Dunia II, dan pada 1962 terjadi kudeta militer yang menyebabkan terjadinya setengah abad isolasi, penguasa otoriter dan tingkat ekonomi yang stagnan, yang mungkin menjadi penyebab bekunya waktu di Yangon.

"Di Yangon, kita masih dapat melihat banyak warisan budaya juga suasana dan jaringan sosial yang telah dibangun dan tumbuh bersama bangunan tua tersebut selama berpuluh-puluh tahun," kata Hlaing Maw Oo, seorang pejabat Kementerian Pembangunan Myanmar, yang mendorong pelestarian warisan budaya tersebut bersama dengan mempertahankan lahan hijau, danau dan vila pedesaan di Yangon.

Rekomendasi lainnya adalah membuat aturan batasan tinggi pembangunan gedung baru, pelatihan kelestarian, dan membuat gerakan kesadaran. Juga membuat daftar seluruh gedung yang tidak boleh diruntuhkan. Pemerintah saat ini memberi perlindungan terhadap 188 situs.

"Kita berada di titik kritis sejarah kota ini," kata Walikota Yangon, Myint Swe, di konferensi. "Kita ingin melihat Yangon sebagai kota di abad ke 21 tetapi juga ingin melestarikan warisan budaya kita. Saya menyadari sepenuhnya tentang tantangan yang kita hadapi, tetapi kita semua telah belajar dari pengalaman kesalahan kota-kota Asia lainnya," tambahnya.

Banyak gedung yang sebelumnya digunakan sebagai gedung pemerintahan telah kosong sejak 2005, ketika rezim yang berkuasa memindahkan ibu kota ke Naypyitaw dan berencana menjualnya. Dikhawatirkan sebagian gedung tersebut akan rusak dan tidak bisa diperbaiki atau dibeli oleh pengembang lalu dihancurkan.

Banyak gedung yang dimiliki pribadi, masih tidak dilindungi, telah diruntuhkan dan direnovasi menjadi struktur yang sangat berbeda dan merusak keharmonisan yang tadinya ada.

Beberapa gedung yang dimiliki pemerintah atau digunakan masih tampak kokoh, termasuk gedung Kedutaan Inggris, Rumah Sakit Umum yangon, St. Paul's School dan Balai Kota, percampuran dari rancangan gaya Eropa dengan pengaruh dari kuil di Burma.

Yang paling spektakuler di antara gedung-gedung itu adalah, bekas gedung Sekretariat, pusat kekuatan kolonial Inggris. Gedung di mana Aung San, ayah dari Aung San Suu Kyi, dibunuh pada tahun 1947.

Tawaran dari investor asing untuk mengubah gedung tersebut menjadi sebuah hotel memicu kemarahan publik, sebuah tanda menjanjikan bahwa penduduk Yangon siap berdiri mempertahankan warisan budaya di tanah mereka.

Kartosoewirjo Berteman Dengan Bung Karno

Kartosoewirjo dan Soekarno, tokoh sejarah nasional ini keduanya pernah menjadi murid Tjokroaminoto. Tjokori adalah seorang tokoh yang dijadikan kiblat dari kelompok pergerakan nasional pada masa itu.
Dari Tjokroaminoto, kedua tokoh tersebut banyak belajar politik dan Islam, berbagai sumber menyebutkan, kedua tokoh ini pernah bertemu namun dalam berbagai versi.
Berdasarkan versi Cindy Adams yang pernah mewawancarai Soekarno, Kegiatan Tjokroaminoto telah mempertemukan Kartosoewirjo dan Soekarno. Mereka berdua sudah bertemu sejak 1918 di Surabaya.
"Di tahun 1918 ia adalah seorang kawanku yang baik. Kami bekerja bahu membahu bersama Pak Cokro demo kejayaan tanah air. Di tahun 20-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama dan bermimpi bersama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, dia berjuang semata-mata menurut asas agama Islam," tulis Cindy Adams (2011) yang dikutip oleh Fadli Zon dalam bukunya 'Hari Terakhir Kartosoewirjo: 81 Foto Eksekusi Imam DI/TII)'.
Versi berikutnya yaitu tulisan karya Pinardi (1964) yang dikutip Fadli Zon, menuliskan menurut pengakuan Kartosoewirjo sendiri, ia bertemu Soekarno kali pertama di Cimahi tahun 1927 dalam rangka kegiatan PSII.
Bung Karno sudah menjadi insinyur. Mereka menjadi kawan karena Bung Karno juga murid bahkan menantu Tjokroaminoto. Mereka pernah tinggal di rumah Tjokroaminoto yang banyak kamarnya, tapi dalam periode berbeda.
Hubungan mereka semakin dekat ketika Konfrensi Perhipunan Pimpinan Politik Umum Indonesia pada Desember 1927. Kartosoewirjo mewakili PSII, Bung Karno mewakili Partai Nasional Indonesia (PNI).

Jejak Sejarah Jakarta di Pulau Kelor

Pulau Kelor memang hanya secuil daratan di gugusan Kepulauan Seribu. Namun pulau kecil yang berjarak 1,8 km dari pesisir Jakarta itu menyimpan sejarah panjang dari periode awal kota Batavia — yang kini menjadi ibu kota negara kita.
Pasir putih menyambut pengunjung Pulau Kelor.
 
Sedihnya, sisa-sisa benteng kuno di pulau ini kurang terawat, bahkan Pulau Kelor sendiri diperkirakan akan tenggelam dalam kurun 45 tahun ke depan.

Dari pelabuhan Muara Kamal, Jakarta Barat, Pulau Kelor bisa dicapai dalam waktu 20 menit dengan perahu motor. Dalam perjalanan yang singkat itu, perahu motor bisa saja tiba-tiba terhenti karena baling-balingnya tersangkut sampah. Perairan di sekitar Muara Kamal ibarat tempat pembuangan sampah raksasa, sehingga air laut menjadi berwarna hitam pekat dan mengeluarkan aroma tidak sedap.
Sisa-sisa benteng.

Makin jauh dari pesisir Jakarta, warna air laut berangsur-angsur menjadi coklat terang. Gambaran suram kerusakan lingkungan di perairan Jakarta akan berganti dengan panorama yang mempesona. Hamparan pasir putih yang bersih akan menyapa pengunjung setelah perahu merapat di Pulau Kelor.

Nama asli Pulau Kelor sebenarnya adalah Pulau Kherkof. Konon, masyarakat setempat menyebutnya Pulau Kelor karena ukurannya sangat mungil, dianggap hanya selebar daun kelor. Luas pulau yang saat ini kurang dari 2 hektar diperkirakan terus menyusut akibat abrasi dan kenaikan permukaan laut.

Bahkan pakar lingkungan memperkirakan, Pulau Kelor bisa tenggelam kalau pengaruh buruk lingkungan tidak diredam.

Pulau Kelor pernah menjadi bagian sejarah kelam penjajahan Belanda di Indonesia karena menjadi kuburan bagi banyak tahanan politik yang dihukum mati. Penghuni Pulau Kelor sendiri hanya kucing-kucing liar yang tak jelas asalnya dan terkadang para pemancing ikan.

Daya tarik utama Pulau Kelor adalah Benteng Martello yang dibangun VOC pada abad ke-17. Benteng ini terbuat dari batu bata merah berbentuk lingkaran supaya senjata bisa bermanuver 360 derajat. Benteng Martello dibuat VOC sebagai alat pertahanan untuk meredam serangan musuh yang ingin menyerang Batavia.

Sisa-sisa Benteng Martello sebenarnya juga bisa ditemukan di Pulau Bidadari dan Pulau Onrust, namun bentuknya yang paling utuh hanya bisa dilihat di Pulau Kelor. Benteng Martello di Pulau Onrust bahkan hanya tinggal fondasinya saja.
Sisa benteng di Pulau Kelor.

Benteng Martello di Pulau Kelor rusak parah karena terjangan tsunami akibat letusan Krakatau pada tahun 1883. Pengikisan karena gelombang laut juga membuat bagian luar benteng terendam air. Untuk mengurangi dampak pengikisan, kini dipasang pilar-pilar pemecah gelombang.

Menurut Asep Kambali, pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI) yang sering memandu tur ke Pulau Kelor, kerusakan situs sejarah di Pulau Kelor tidak hanya disebabkan faktor alam. Wisatawan dan nelayan yang berlabuh di pulau itu juga punya andil dalam memperparah kerusakan. Asep Kambali sendiri pernah memasang papan pengumuman yang berisi larangan merusak benteng, namun tangan jahil rupanya telah membuang papan peringatan itu.

Saat saya berkunjung ke Pulau Kelor, beberapa pemancing ikan dengan seenaknya menggantung pakaian dan alat pemancingan di dinding Benteng Martello. Mereka menancapkan paku-paku di dinding benteng untuk dibuat gantungan. Tindakan ini tentu saja bisa merusak situs sejarah yang sangat penting, tetapi pemerintah dan masyarakat ternyata masih kurang peduli.

Upaya pemerintah untuk mengembangkan tujuan wisata sejarah di Pulau Kelor dan pulau-pulau lainnya di Kepulauan Seribu juga masih belum maksimal, terang Asep Kambali. Sampai sekarang belum ada angkutan umum berbiaya murah yang bisa mengantar wisatawan ke Pulau Kelor. Untuk mencapai pulau-pulau bersejarah di Kepulauan Seribu, pengunjung harus menyewa perahu yang biayanya cukup mahal.

Pemimpin Iran Kenang Jasa Bung Karno di KTT GNB

Jasa-jasa Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, masih terngiang dalam ingatan dunia. Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Ali Khamenei bahkan sampai mengutip kata-kata Bung Karno dalam pidatonya di hadapan delegasi negara-negara anggota Gerakan Non-Blok (GNB).
Pidato tersebut disampaikan Khamenei dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB di Teheran, Iran, Kamis (30/8). Dalam pidato itu, Khamenei menyitir pernyataan Sukarno tentang latar belakang didirikannya GNB. Khamenei menyebut Bapak Bangsa Indonesia itu dengan nama Ahmad Sukarno.
"Tamu-tamu kami berkumpul di sini dari lokasi geografis yang berbeda, jauh dan dekat, dan mereka berasal dari negara dan ras dengan ideologi yang beragam. Mereka memiliki karakteristik budaya dan sejarah yang berbeda pula. Tapi, seperti yang dikatakan Ahmad Sukarno, satu dari para pendiri gerakan ini di Konferensi Bandung 1955 yang legendaris, dasar dari pendirian Gerakan Non-Blok bukanlah kesamaan geografis, rasial, atau relijius, melainkan adanya kesamaan kebutuhan," demikian Khamenei seperti dalam rilis resmi yang diterima ROL.
Khamenei menambahkan, Sukarno dan para pendiri GNB lain pada waktu itu telah sadar bahwa negara-negara ini membutuhkan ikatan yang dapat melindungi dari jaringan yang otoritarian dan arogan. "Hari ini, dengan semakin berkembang dan menyebarnya alat-alat hegemoni, kesamaan kebutuhan itu masih ada," tandasnya.
Sukarno adalah satu dari lima pendiri GNB, yakni Presiden Mesir Gamal Abdul Naser, Presiden Yugosloavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Soekarno Jadi Inspirasi Pemuda Palestina

Nama Soekarno tak asing bagi Bashaer Othman, wali kota termuda di dunia. Presiden pertama Indonesia itu menjadi salah satu tokoh yang menginspirasinya.
"Tidak hanya menginspirasi saya, tapi juga para pemuda di Palestina," kata dia kepada Tempo di Jakarta, Jum'at 14 September 2012.
Menurut gadis yang pernah menjadi Wali Kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat Palestina ini, Bung Karno merupakan sosok yang terkenal di negaranya. Bung Karno-lah tokoh dunia yang pertama mengakui kemerdekaan Palestina.
Ia juga mampu mengajak dan mendorong negara-negara lain untuk ikut mengakui kemerdekaan Palestina. "Figur seperti ini yang kami idolakan," ujar perempuan berusia 16 tahun ini.
Bashaer mengatakan dirinya maupun pemuda seusianya memiliki sifat yang optimistis atas perjuangan negaranya agar diakui seluruh dunia. Para pemuda mendukung proses perdamaian dalam bentuk lain.
"Mereka tidak tinggal diam. Mengupayakan dengan aktif dalam pemberdayaan, dan banyak aktifitas lainnya," katanya.
Bashaer Othman, remaja dari Palestina ini menjadi wali kota termuda di dunia. Di usianya yang baru 15 tahun, ia memimpin kota Allar dan sukses menjabat sebagai wali kota selama dua bulan.

Jejak Sang Proklamator di Rengasdengklok


Rumah yang terletak di Dusun Kalijaya, Desa Rengasdengklok, Karawang, itu tampak begitu sederhana. Dindingnya hanya terbuat dari kayu bercat putih dengan pekarangan yang dibatasi pagar bambu.
Pemandangannya benar-benar seperti rumah-rumah di kampung pinggiran.
 
Halamannya yang tak terlalu luas ditumbuhi pohon rindang yang membuat sejuk suasana. Di muka rumah, ada sebuah warung kecil tempat beberapa orang duduk dengan santainya. Pemandangannya benar-benar seperti rumah-rumah di kampung pinggiran.

Tapi siapa sangka, di balik penampilannya yang sangat sederhana, rumah itu menyimpan sejarah besar. Ya, di situlah tempat Soekarno dan Muhammad Hatta disembunyikan saat mereka “diculik” oleh sekelompok pemuda dalam Peristiwa Rengasdengklok, sehari menjelang proklamasi kemerdekaan.

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, golongan muda yang antara lain diwakili Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana, mendesak para pemimpin pejuang agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua yang diwakili Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo, menginginkan persiapan yang lebih matang untuk menghindari kekacauan dan bentrok bersenjata setelah proklamasi kemerdekaan.

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda menjemput Bung Karno dan Bung Hatta dari kediamannya untuk dibawa ke Rengasdengklok. Alasan mereka, tokoh penting itu harus dijauhkan dari pengaruh Jepang supaya proklamasi bisa segera terwujud dan murni hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Istri Bung Karno, Fatmawati, beserta putra mereka Guruh yang saat itu masih berusia 9 bulan, turut dibawa dalam peristiwa tersebut.

Rengasdengkok dipilih sebagai lokasi “pengasingan” karena letaknya cukup terpencil, sehingga pergerakan tentara Jepang dari Jakarta, Bandung serta wilayah sekitarnya bisa dengan mudah dideteksi para pejuang.

Setelah tiba di Rengasdengklok, awalnya Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di markas tentara PETA setempat. Namun karena dikhawatirkan bisa memancing kecurigaan tentang Jepang, akhirnya mereka dipindahkan ke rumah Tjiauw Kie Siong, seorang petani dan peternak keturunan Tionghoa yang oleh warga setempat biasa dipanggil Babah Kisong.

Nama Tjiauw Kie Siong sendiri hampir tidak pernah disebut dalam buku sejarah. Meski begitu, ia telah berwasiat kepada anak cucunya supaya memelihara rumah peninggalan keluarga mereka yang pernah ditempati sang proklamator. Tjiauw Kie Siong telah wafat pada tahun 1964, dan sampai hari ini wasiatnya masih dilaksanakan oleh keturunannya.

Lokasi asli rumah Tjiauw Kie Siong sebenarnya berada di pinggir Sungai Citarum yang berjarak sekitar 200 meter dari letaknya yang sekarang. Pada tahun 1957, rumah ini terpaksa harus dipindah demi menghindari erosi Sungai Citarum.

Ketika melangkah masuk ke ruang tamu rumah bersejarah ini, kita akan melihat sebuah meja altar yang dihiasi potret tua Tjiauw Kie Siong. Di meja ini juga bisa dilihat potret keluarga Bung Karno serta foto-foto lama milik keluarga Tjiauw Kie Siong. Di sudut lainnya, ada sebuah lemari bufet antik yang menyimpan berbagai plakat kenang-kenangan dari anggota organisasi yang pernah mengunjungi rumah itu.
Ada dua buah bilik yang mengapit ruang tamu ini.

Ada dua buah bilik yang mengapit ruang tamu ini. Bilik di sebelah kanan pernah ditempati Bung Karno, dan satunya lagi ditempati oleh Bung Hatta. Konon, bilik Bung Karno sering digunakan paranormal untuk bermeditasi. Namun perabot di dalam bilik Bung Karno ini hanya replika saja, sebab yang asli sudah menjadi koleksi Museum Sri Baduga, Bandung. Sedangkan perabotan di bilik Bung Hatta semuanya masih asli.
Konon, bilik Bung Karno sering digunakan paranormal untuk bermeditasi.

Rumah Tjiauw Kie Siong belum berstatus sebagai museum dan masih digunakan oleh keturunannya sebagai tempat tinggal. Menurut Pak Yanto, cucu Djiauw Kie Siong yang sekarang menempati rumah warisan keluarganya tersebut, biaya perawatan rumah mereka ditanggung keluarga sendiri. Meski tidak mendapat bantuan pemerintah, keluarga Djiauw Kie Siong selalu ramah menerima siapa pun yang tertarik dengan sejarah rumah mereka, dan dengan setia menjawab semua pertanyaan pengunjung.

Pemerintah terkesan sangat abai dengan aset bersejarah ini. Jalan sempit di muka rumah Tjiauw Kie Siong tampak sudah berlubang-lubang dan tak ada papan petunjuk apa pun yang menerangkan lokasinya. Sejatinya, jika dikelola dengan baik, rumah ini bisa menjadi objek wisata sejarah yang sangat menarik.
Jalan sempit di muka rumah Tjiauw Kie Siong tampak sudah berlubang-lubang.

Pentax Q10, Mungil Itu Canggih

Di ajang Photokina 2012, Pentax Ricoh memperkenalkan Q10. Pengganti Pentax Q ini masih menyandang gelar sebagai kamera digital paling kecil dan paling mungil dengan lensa yang dapat diganti. Tidak banyak perubahan dari sisi ukuran dan desain. Pentax Q10 masih tampil mungil dan ringan. Bahkan lebih mungil dari telapak tangan kebanyakan orang dewasa.



Perubahan yang lebih signifikan terjadi di bagian dalam. Pentax Q10 menggunakan sensor CMOS BSI 12 MP baru yang diklaim dapat menghasilkan foto lebih baik dengan noise lebih minim di setting ISO tinggi. Kinerja autofokus juga ditingkatkan, terutama saat memotret menggunakan lensa tele atau saat kondisi cahaya minim.

Untuk hasil foto bebas kabur, Pentax Q10 telah dilengkapi teknologi SR (Shake Reduction) yang secara otomatis menggeser sensor CMOS untuk mengurangi efek getaran yang terdeteksi. Meskipun ukurannya mungil, Q10 telah dilengkapi flash internal.

Pentax juga menyertakan sederet fitur fotografi yang mengasyikkan, seperti Custom Image, Digital Filter dan Smart Effect. Dengan ketiga fungsi ini, Anda dapat memberikan berbagai efek menarik di foto. Bagi sebagian pengguna, fitur ini akan dapat memenuhi kebutuhan penyuntingan foto di komputer. Q10 juga dapat mendeteksi maksimal 12 wajah dengan fungsi Face Recognition AF miliknya.



Untuk lensa Q system, saat ini telah tersedia 6 jenis lensa dengan Pentax 06 Telephoto Zoom (15-45mm f/2.8 atau setara 80-250 mm) sebagai tambahan terbaru. Pentax juga menyediakan adapter bagi lensa K-Mount untuk digunakan di Q10. Yang menarik, mengingat crop factor Q10 yang mencapai 5,5x, maka lensa 300 mm akan menjadi lensa 1650 mm di Q10.

Pentax Q10 akan tersedia dalam tiga pilihan warna yaitu hitam, silver dan merah. Dengan paket lensa zoom 02, Pentax Q10 akan dipasarkan seharga $ 599 atau sekitar Rp 5,3 juta. Lensa Pentax-06 Telephoto Zoom akan dijual seharga $ 299 dan adapter Q untuk K-Mount di kisaran $ 249.

Anjing Berjaga di Makam Tuannya Selama Enam Tahun

Seekor anjing yang sangat berdedikasi terus menunjukkan kesetiaan dengan menjaga kuburan sang pemilik selama enam tahun setelah tuannya meninggal.

Capitan adalah seekor anjing gembala Jerman. Ia dilaporkan kabur dari rumah setelah pemiliknya, Miguel Guzman, meninggal pada 2006. Seminggu kemudian, keluarga Guzman menemukan si anjing di makam Miguel di Argentina tengah.



Miguel Guzman mengadopsi Capitan pada 2005 untuk hadiah buat anak laki-lakinya yang saat itu masih remaja, Damian. Dalam enam tahun terakhir, Capitan terus berjaga di samping kuburan Miguel. Menurut keluarga, si anjing jarang sekali meninggalkan tempatnya.

"Kami mencari dia, tapi dia hilang," kata janda Guzman, Veronica Guzman kepada Lavoz.com. "Kami pikir dia pasti sudah tertabrak mobil dan mati."

Keesokan Minggunya, saat mereka pergi ke kuburan, Damian langsung mengenali anjing hadiah dari ayahnya tersebut. "Capitan mendatangi kami, menggonggong dan melolong seperti menangis."

Anehnya lagi, menurut Veronica, keluarga Guzman sama sekali tak pernah membawa Capitan ke kuburan sebelum ia ditemukan di sana. "Masih menjadi misteri bagaimana caranya ia menemukan tempat ini," ujar Veronica.

Direktur pekuburan Hector Baccega mengatakan ia dan stafnya kini memberi makan dan merawat Capitan secara rutin.

"Tiba-tiba suatu hari dia muncul di sini dan mulai berjalan-jalan mengelilingi kuburan sampai menemukan batu nisan tuannya," kata Baccega.

"Saat siang hari, kadang ia berjalan-jalan di sekitar kuburan, namun selalu bergegas kembali ke kuburan (Miguel). Dan setiap hari, tepat jam enam, dia akan tidur berbaring di atas kuburan, dan terus di sana sepanjang malam."

Meski begitu, keluarga Guzman belum melupakan Capitan. Menurut Damian, dia dan keluarganya sudah beberapa kali mencoba membawa Capitan pulang ke rumah, namun ia selalu kembali sendiri ke kuburan tersebut.

"Saya rasa dia akan terus berada di sana sampai dia mati. Dia menjaga ayah saya," kata Damian.

Klan Cahaya X Klan Hitam "Part 1"

    Vision Pagi itu tidak terlihat adanya hal-hal aneh yang terjadi. Lisa dan sahabatnya menjalani perkuliahan seperti biasanya. ...